Mari Kunjungi Makam Pahlawan Ri Kita Pangeran Diponegoro Di Makassar

Mari Kunjungi Makam Pahlawan Ri Kita Pangeran Diponegoro Di Makassar 



Makassar- Pangeran Diponegoro ialah seorang pahlawan nasional yang dikenal karena memimpin yang dikenal sebagai Perang Jawa. Perang Diponegoro melawan Hindia Belanda pada 1825 sampai 1830. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. 

Namun, bukan karena itu Diponegoro meninggal dunia. Dikutip dari Sagimun MD dalam Pahlawan Dipanegara Berjuang (1965), putra sulung dari Sultan HB III --raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta-- itu meninggal karena kondisi fisiknya yang kian menurun akibat usia lanjut. Ia pun wafat di tempat pengasingannya yakni Benteng Rotterdam Makassar pada 8 Januari 1855. 

Jasad Pangeran Diponegoro diistirahatkan di Makassar, tepatnya di daerah Melayu. Kala itu, anak istri Diponegoro yang juga tinggal di Makassar menyatakan ingin menetap di sana dan tinggal dekat makam ayahnya. 

akam 30 Tahun berselang, yakni pada 1855 istri Diponegoro, Raden Ayu Retnoningsih meninggal dunia. Makam Diponegoro lantas dipindahkan ke pemakaman umum yang masih terletak di wilayah Melayu, tepatnya berada di Jalan Diponegoro. Di dalam kompleks TPU itu, sebuah petak lahan pemakaman pribadi untuk Pangeran Diponegoro ditandai pagar tembok rendah dengan makam sang Pangeran berada di samping istrinya.  

Sebenarnya, pejabat Belanda sempat menawarkan Diponegoro untuk pindah ke tempat pembuangan baru. Namun, setelah 11 tahun di Makassar dan merasa cocok, Pangeran Diponegoro menolak tawaran itu dan mengatakan ingin menghabiskan sisa hidupnya di sana. 



Nahdlatul Ulama melansir, sebelum meninggal Pangeran Diponegoro juga berpesan ke keluarganya, bila di kemudian hari ia meninggal, jasadnya tak perlu dipulangkan ke kampung halaman dan ingin dimakamkan di Melayu. Amanah ini dipegang teguh oleh keluarganya yang menolak saat pejabat Belanda hendak mengirimkan jasad Diponegoro ke Yogyakarta. 

Makam Pangeran Diponegoro  tak pernah sepi peziarah yang berkunjung ke Makassar. Tak terkecuali Prabowo Subianto yang sempat berziarah pada 20 Juni lalu. Di kesempatan itu, Prabowo sempat berbincang dengan keturunan Pangeran Diponegoro seusai menyematkan doa kepada sang pahlawan.  

Prabowo sendiri pernah disebut sebagai keturunan sang Pangeran. Ucapan ini dilontarkan oleh mantan Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Poernama alias Ahok, ketika Prabowo datang ke Balai Kota pada 24 Maret 2015, mengenakan keris di pinggangnya. 

Merujuk pada buku Kenang-kenangan dari Tiga Zaman (1970) yang ditulis kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo, leluhur Prabowo yang dikenal dengan nama Banjak Wide adalah seorang hulubalang atau prajurit pengawal Diponegoro. Sementara Banjak Wide adalah kawan seperjuangan Djojodiningrat, yakni kakek Margono dari jalur ibu. 

Banjak Wide dan Djojodiningrat lantas berbesanan satu sama lain. Dari pernikahan putra dan putri keduanya itu lahir buyut Margono bernama Pangeran Murdoningrat, yang merupakan canggah Prabowo




Posting Komentar

0 Komentar