Halim: Peringatan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) setiap 27 September.

Sebagian daerah di Indonesia memasuki masa transisi, sehingga beberapa lokasi wisata sudah dapat beroperasi kembali dengan regulasi protokol kebersihan dan kesehatan yang dipantau dengan baik, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Hadirnya regulasi yang diiringi dengan ketetapan pemerintah untuk menjalankan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan (ecotourism) di tempat wisata, menjadi sebuah harapan bagi pariwisata di Indonesia.

Makassar, Celebes Magazine-Indonesia memiliki potensi pariwisata di berbagai daerah yang dikenal dunia, seperti wisata Bali, wisata Manado, wisata Lombok, wisata Bandung, wisata Solo, wisata Yogyakarta, dan lainnya. Pariwisata berperan penting dalam menyumbang pendapatan negara dan menjadi sarana mengenalkan budaya pada negara luar. Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan. Karena begitu pentingnya pariwisata bagi setiap negara dan mendukung pariwisata berkelanjutan, maka diadakanlah peringatan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) setiap 27 September.

peringatan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) setiap 27 September.Sejak 1980, Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) merayakan Hari Pariwisata Sedunia. Ignatius Amaduwa Atigbi, seorang perwakilan dari Nigeria, adalah orang yang mengajukan gagasan untuk menjadikan tanggal 27 September setiap tahunnya sebagai Hari Pariwisata Sedunia. World Tourism Day yang diperingati setiap tahun dan dipimpin Organisasi Pariwisata Dunia bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran di antara komunitas global tentang nilai sosial, budaya, politik, dan ekonomi pariwisata, serta memberikan kontribusi yang dapat dilakukan sektor ini dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Menyambut Hari Pariwisata Sedunia pada 27 September 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengajak seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memperkuat penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) di tengah upaya bersama untuk bangkit dari pandemi Covid-19.

Hari Pariwisata Sedunia tahun ini mengusung tema Tourism and Rural Development. “Tema Hari Pariwisata Internasional tahun ini lebih ke alam, pedesaan, pariwisata, dan masyarakat lokal. Kalau kita hubungkan dengan program protokol kesehatan CHSE, rupanya program kita sudah sejalan dengan tema Hari Pariwisata Dunia. Kita diingatkan bahwa pariwisata harus tetap dijaga lingkungannya agar tetap lestari,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Kreatif dalam acara “Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif” yang digelar secara daring, Sabtu (19/9/2020).

Tema tersebut sejalan dengan protokol kesehatan berbasis CHSE yang turut mengedepankan keberlanjutan lingkungan. Nia mengatakan, jangan sampai protokol kesehatan dijalankan tetapi lingkungan tidak terjaga. Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak menjadikan Hari Pariwisata Dunia sebagai momentum untuk memperkuat penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE di berbagai sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu, menambahkan perlu ada upaya pelestarian budaya yang ada di pedesaan sebagai salah satu potensi wisata. Mengangkat nilai kearifan lokal di area pedesaan untuk dikembangkan sehingga bisa maju dan berkembang, sehingga kita bisa menikmati outcome pariwisata untuk kesejahteraan bersama.

(H45)

https://celebesmagazine.blogspot.com/2020/09/halim-hotel-di-makassar-banting-harga.html

Peringatan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) setiap 27 September.


Posting Komentar

0 Komentar