Jacob Ereste :
*Ekspresi Kemarahan Warga Masyarakat Solo Akibat Dari Mentoknya Sikap Sabar dan Unggah-Ungguh Yang Membentur Tembok Kekuasaan*
Celebes Magazine
Aksi unjuk rasa besar-besaran menuntut Joko Widodo untuk diadili akan dilakukan para mahasiswa dari berbagai kampus dan warga masyarakat Solo, berpusat di kediaman mantan Presiden Indonesia ke 8 bersama peserta car free day sepa Jang jalan utama menuju kampus Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. sutami Solo, pada hari Ahad, 9 Februari 2025.
Pemberitahuan yang sudah tersebar sejak Jum'at, 7 Februari 2025 membuat tercengang berbagai pihak, mengingat aksi dan unjuk rasa itu dilakukan dan dimulai oleh warga Solo juga, sekampung halaman dengan Joko Widodo.
Diinformasikan juga titik kumpul para peserta aksi dan unjuk rasa besar-besaran ini di pusatkan di depan Balai Kota, Solo yang akan diikuti oleh berbagai elemen masyarakat mulai dari anak-anak, siswa serta kaum ibu se Surakarta dan sekitarnya yang telah muak dan marah meminta keadilan untuk ditegakkan atas perbuatan sewenang-wenang selama menjabat Presiden dia periode di Indonesia.
Reaksi dari berbagai kalangan aktivis khususnya yang ada di Jakarta merasa kecolongan meski dalam ekspresi yang lain diantaranya menunjukkan kegembiraan, karena Solo merupakan tempat yang paling strategis untuk melakukan aksi dan unjuk rasa terhadap rezim yang telah tercatat membuat banyak kerusakan dan merugikan bangsa dan negara Indonesia yang tidak terkira bilangannya.
Sejumlah aktivis Jakarta lainnya justru menyatakan akan ikut segera aksi dan unjuk rasa di Solo untuk menandai kemarahan rakyat yang telah mencapai titik nadir kesabaran yang tidak lagi bisa ditahan. Kecuali menangkap dan memenjarakan Joko Widodo yang dianggap sebagai biang dari kerusakan di negeri ini secara terstruktur, sistematis dan masif. Artinya memang, semua kerusakan yang dilakukan Joko Widodo selama menjadi penguasa dilakukan dengan kesadaran serta maksud yang tidak baik bagi bangsa dan negara Indonesia, sehingga kondisinya sekarang mengalami kerusakan yang sangat parah dari luar dan dalam yang meliputi lahir maupun batin.
Kemarahan warga masyarakat Solo yang terkenal santun, sabar serta penuh unggah-ungguh serta pemaaf ini, dalam.kajian Atlantiks Institut Nusantara, secara psikologis maupun filosofis jelas menggambarkan telah mentok semua itu karena tidak lagi mampu menemukan cara yang lebih baik kecuali hanya dalam bentuk aksi dan unjuk rasa sebagai pilihan terakhir lantaran merasa harus ikut menanggung dosa, rasa malu serta tekanan dari harga diri yang direndahkan sebagai warga masyarakat yang melekat dengan tradisi priyayi yang halus, ramah serta tepo seliro yang tinggi untuk selalu menjaga budaya dan tradisi warisan leluhur.
Artinya, ekspresi kemarahan untuk menyeret sendiri Joko Widodo yang dianggap sebagai sumber dari kerusakan dan kebobrokan yang terjadi selama ini, terpaksa harus dilakukan sendiri oleh rakyat. Karena sangat mungkin dari kekebalan hukum yang tidak mampu dijamah oleh aparat di negeri ini, lantaran mereka pun adalah bagian dari kaki tangannya yang membuat onar dan kerusakan yang sungguh sangat mengkhawatirkan kelangsungan hidup bagi bangsa dan negara Indonesia yang kelak harus diwariskan kepada generasi penerus dengan baik dan sehat, tanpa dibebani oleh sejarah kelam yang memalukan.
Dalam versi kajian Atlantika Institut Nusantara, ekspresi dari kemarahan warga masyarakat dan mahasiswa Solo dan sekitarnya, akibat telah mentoknya kesabaran serta budaya dan tradisi unggah-ungguh yang santun telah membentuk tembok kekuasaan yang dingin dan membeku, tidak memberi jalan keluar yang adil dan bijaksana. Maka itu pilihan terbaik bagi warga masyarakat Solo dan sekitarnya adalah melakukan aksi dan unjuk rasa untuk mengeksekusi sendiri hukum dan keadilan seperti yang mereka kehendaki juga.
Banten, 8 Februari 2025
0 Komentar