KREATIFITAS PEJABAT DI NEGERI KONOH Goresan satire : Yusdaliah Yusuf Iccu.

      

KREATIFITAS PEJABAT DI NEGERI KONOH

Goresan satire :

 Yusdaliah Yusuf Iccu.


Syahdan, Disuatu hari, disebuah kerajaan Konoha, seorang raja kecil di sebuah kadipaten yang dikenal sebagai kota santri, kadipaten yang religius dan dibanggakan keluarga dan warga kerajaan, sedang membuat "acara pembagian uang" kepada warga dengan gaya yang sangat unik yang dapat dikatakan kreatif, sang raja mengadakan acara tersebut sebagai pesta rasa syukur atas melimpahnya rezeki, sekaligus merayakan hari besar keagamaan yang dianut warga kerajaan.


Dikatakan cara kreatif karena sang raja sendiri akan menari dan meminta penerima uang menari meniru tarian yang lagi tren atau joget gaya maju mundur dengan irama ritmis cepat, konon tarian ini populer di timur tengah dan eropa timur, tarian ini (konon) merupakan tarian komunitas agama tertentu, variasi gaya terserah, yang penting kreatif dan bisa menghibur menyenangkan sang raja dan isi istana dengan tarian tersebut, hebatkan kreasi sang raja, barangkali kita juga bisa meniru keteladanan yang diperlihatkan sang raja pujaan ini.


 Ini adalah cara yang sangat kreatif untuk membagikan uang, inilah salah satu cara sang raja agar kerajaannya maju lebih cepat, adil lebih cepat, sejahtera lebih cepat dan kerajaan yang religius sebagai mana dikenal dengan sebutan kota santri yang terkenal ke manca negara.


Jadi singkatnya sang raja menginginkan berbagai percepatan dan keadilan sehingga kerajaan harus kreatif memberi contoh kepada rakyatnya untuk dapat ditiru oleh khalayak ramai, demikian harapan sehingga ada yang membuat vidio agar rakyat kerajaan dapat mengetahui, lebih luas, sebagai catatan sang raja memang terkenal "sadar kamera" dan sangat suka membuat vidio untuk disebarkan.


Cara kreatif membagikan uang dengan cara menari ini masih tahap uji-coba, sehingga masih dilaksanakan dalam istana kerajaan dan dibagikan masih dikalangan keluarga, dekat, pengawal dan kaum pemuja sang raja. 


Karena itu diharapkan warga masyarakat jangan ada yang melakukan "kritik" terhadap kreasi sang raja dalam proses membagikan uang tsb, sebab bisa saja si pengeritik mendapat murka raja dan para hulubalang bisa ikut murka, jika perlu kemarahan ini diexploitir diberbagai media agar mereka bisa dikenal sebagai orang yang paling setia, karena sang raja dikenal anti kritik, itu tidak mengherankan karena sang raja tidak mau berpisah dan sangat sayang kepada hulubalang yang mengikutinya kemana-mana, jika perlu dengan cara yang "berdara-darah", seperti ucapan yang sering disampaikan sang raja pujaan sebagian warga tersebut.


Mungkin diantara pembaca cerita ini ada yang bertanya, apa yang terjadi jika penerima uang tidak bisa menari? 

Apakah mereka akan kehilangan uangnya? 

Atau apakah sang raja akan memberikan pelajaran menari kepada mereka?

Atau akan dibentuk suatu instansi kerajaan untuk melatih orang-orang yang mau terima uang.

Pertanyaan tersebut belum bisa terjawab, karena ini masih tahap percontohan, yang penting ada tahap keteladanan yang bisa diikuti para hartawan atau donatur, karena cara lama membagi uang dengan cara menghamburkan uang keudara tidak kreatif, tidak membuat percepatan keadilan dan kesejahteraan lagi pula itu cara lama yang tidak keren, tidak bergaya GenZet, gaya yang disukai sang raja, karena itu sebagian besar warga kerajaan mendukung dan mendoakan muda-mudahan sukses, jadi jangan coba untuk mengeritik, artinya, seluruh warga harus mendukung saja, jangan ada yang macam-macam.


Jadi diakhir cerita dapat kita berkesimpulan, Ini adalah contoh yang sangat baik dari bagaimana sang raja dapat membuat keputusan yang sangat bijak dan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di kota santri yang religius tersebut. 


Demikian akhir ceritra ini semoga pembaca bisa mendapatkan inspirasi, paling tidak, semoga terhibur.


Barru, 5 April 2025.

Yusdalia Yusuf Iccu.

~~~~~~~~~~~~


Pewarta : .  Anis Andriady/Bastu 

Editor     :  Kamal/Zaldy






 subscribe


Nelly Hasma Kamal






Posting Komentar

0 Komentar